“Gila kamu Sofyan, mana mungkin orang miskin seperti kamu mau
menolong orang miskin?” kata Sofyan Tan. Dia mengucapkan kalimat itu
saat sedang dialog dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Sarwono
Kusumaatmadja tahun 1990 silam.
Sofyan Tan cerita, Rupanya kalimat ini menjadi pelecut tersendiri
baginya untuk membuktikan bahwa dia bias bikin sekolah bagus untuk semua
suku dan golongan yang dianggapnya kurang mampu.
Rupanya yang menjadikan inspirasi Sofyan Tan untuk mendirikan sekolah
ini adalah dari ayahnya sendiri, Hisar. Waktu itu sang ayah melakoni
pekerjaan sebagai penjahit untuk menghidupi keluarganya. “Saya
perhatikan Papa orang yang mudah bergaul dan memiliki hubungan baik
dengan siapa pun, tak pandang etnis. Karena itu, saat dia meninggal,
semua bantuan datang dari siapa pun. Mengagumkan,” kata dia.
Beragam masalah mulai datang saat sang ayah meninggal. Ketika itu
Sofyan Tan masih tercatat sebagai seorang mahasiswa jurusan kedokteran
di Universitas Methodist Indonesia. Ia terpaksa harus kerja keras sambil
kuliah untuk memberikan tambahan masukan bagi keluarganya.
Tepat pada tahun 1987 bersama rekannya Soekirman, ia rela hutang di sana sini untuk mendirikan sekolah impiannya. Azrur Rusdi, salah seorang guru dan konsultan di sekolah tersebut
mengatakan bahwa untuk menolong mendanai sekolahnya, Sofyan melakukan
program orang tua asuh dengan sistem bersilang. Murid Melayu diangkat
oleh orang tua asuh Tionghoa, murid India diangkat oleh orang tua
asuh bersuku Batak, dll.
Para orang tua asuh ini tidak hanya mereka yang
tinggal di Medan dan tempat-tempat lain di Sumatera Utara, tetapi juga
di Jakarta, bahkan juga di Amerika Serikat.
Sekolah ini mempunyai reputasi yang sangat baik. Ketika memulainya
pada tahun 1987, jumlah muridnya baru 187 orang, namun sepuluh tahun
kemudian telah berkembang menjadi 1362 orang. Di antara murid-muridnya
bahkan ada yang datang dari Jakarta.
No comments:
Post a Comment