Wednesday, March 9, 2016
Megawati DiBully Banyak Orang Karena Perintahkan Kadernya Perang Lawan Ahok
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri memerintahkan PDIP DKI Jakarta memperkuat konsolidasi dan melawan deparpolisasi di saat jelang Pilgub DKI 2017.
Pernyataan Megawati itu sontak menjadi pembicaraan hangat di media sosial. Kritikan dan hujatan pun meluncur dari berbagai pihak.
Anang Warsito Adi ayo rakyat seluruh indonesia jangan lagi memilih PDIP kalau nanti waku Pemilu karena PDIP sekarang sudah tidak merakyat lago
Syafrizal PARTAI PDIP JANGAN SOK KEPEDEAN … SKRG YG DI DUKUNG RAKYAT KWALITAS PERSONAL … BUKAN SIAPA KTUA UMUM PARTAI NYA ….?
Sumartono Tono Ngukur dong nyalon presiden juga kalah,jadi presiden karena njegal Gusdur. Siapa rakyat yg simpati sama elu ?
Seorang menulis agak panjang di lama facebook dengan judul “BU MEGA, APAKAH ANDA MERASA KECOLONGAN OLEH KUNYUK KUNYUK PENGUMPUL KTP ??”
Berikut tulisannya:
Baru kali ini saya mendengar istilah DEPARPOLISASI. Yang ngomongpun bukan sembarangan orang, melainkan Ketum PDIP, ibu Megawati. Katanya negara ini didirikan oleh parpol, bukan relawan. Katanya deparpolisasi akan menjauhkan politik pemerintahan dari fungsi partai politik. Katanya maju Pilkada lewat jalur independen adalah liberal. Katanya oh katanya …
Koq gitu sih bu? Bukannya pencalonan lewat jalur independen adalah amanah UU No 8 th 2015 (mengenai Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota) yang merupakan produk legislatif yang anggotanya adalah representasi dari parpol? Anggota dewan dari PDIP ikut terlibat bukan? Atau jangan-jangan ……, hayooo cuma nitip absen ya?
Memang benar sih, ada revisi dari MK khususnya di pasal 41 yang mensyaratkan minimal dukungan 7,5% dari jumlah penduduk, direvisi menjadi 7,5% dari DPT (daftar pemilih tetap) di Pemilu sebelumnya. Itu kriteria untuk DKI yang berpenduduk antara 6 s/d 12 juta jiwa. Jadi syarat maju lewat jalur independen menjadi lebih ringan. Semula harus 750.000, sekarang cukup 525.000.
Apakah bu Mega dan PDIP merasa kecolongan jika ada calon yang maju dari jalur independen? Apakah calon independen dianggap liberal? Sampai-sampai ibu memerintahkan internal PDIP melakukan konsolidasi guna melawan calon independen. Apakah pemimpin yang bagus dan berprestasi harus dimusuhi hanya karena maju melalui jalur independen?
Bukankah parpol mendapat sebutan wakil rakyat karena dipilih oleh rakyat? Bukankan ratusan ribu KTP yang copy dan isian formulirnya diserahkan untuk mendukung Ahok juga merupakan representasi dukungan dari rakyat?
Apakah ibu pikir yang memilih anggota dewan adalah rakyat dan yang menyerahkan KTP dukung Ahok bukan rakyat? Lalu apa dong, mosok kunyuk bisa punya KTP? Ah, jangan bercanda bu …
Kadang-kadang saya pengin suudzon ..
Jangan-jangan ibu Mega cuma paranoid saja. Jika jalur independen yang menang membuat parpol tak punya bargaining apapun dalam politik bagi bagi jabatan dan main mata di politik anggaran. Ibarat kran air, alirannya jadi seret. Biasanya ngocor kenceng, sekarang cuma bisa criiit criiiitt criiiiittt, hasilnya cuma saiprit.
Ahok memang sialan. Gak mau bayar mahar, gak mau melamar, tak mau dijadikan petugas partai. Jadi tak bisa diajak bikin komitmen, tak bisa dipaksa beri konsesi, tak bisa dititipin ini itu, apalagi dimintai ini itu. Parpol bakal makin sulit likuiditasnya. Padahal yang namanya mesin partai itu butuh pelumas, butuh ganti kampas rem, butuh ganti air accu dll.
Mohon jujur bu. Benarkah jalur independen adalah deparpolisasi? Tidakkah ini justru jadi bahan instropeksi dan perenungan bagi ibu selaku pemimpin parpol, kenapa masyarakat menyalurkan aspirasinya mengusulkan pemimpin melalui jalur independen dan tidak percaya kepada referensi parpol? Kenapa oh kenapa?
Semoga ini bukan MODUS ya bu
Labels:
Cucupoker
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment