Wednesday, March 23, 2016
ASTAGFIRULLAH.!! Baru Dikubur 30 Menit Jenazah Ini Hangus Terbakar... Hanya Karena Cinta buta pada istrinya..
Pagi itu situasi cerah, satu truk yang sarat dengan barang pindahan masuk pekarangan satu rumah yang baru usai dibangun. Lihat ada warga pindahan yang bakal jadi penduduk baru.
Orang-orang bergegas membantunya, mereka repot mengangkut barang barang masuk kedalam rumah. Sesudah usai. Yang memiliki rumah segera berkenaln serta akrab dengan orang-orang. Nama saya Karta, saya pindahan dari kampung sawah, ini istri saya. Nita tutur Karta. Tau seorang ibu keluar dari rumah itu dengan menggengam sapu di tangan. Bila ibu yang tua itu siapa? Bertanya salah satu tetangga yang barusan di salami Karta.
Ohh..... itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya telah wafat dunia, saya anak pertama, hingga saya bertanggungjawab atas keluarga, terlebih ibu. Jadi saya ajak ibu untuk tinggal berbarengan kami.
narasi karta. Keluarga Karta terlihat serasi, orang-orangpun akrab dengan keluarga karta. Banyak tetangga yang memberikan pujian pada keluarga itu, lantaran tidak sering terdengar pertikaian. Walau demikian siapa kira, apa yang terlihat di mata warga sekitaran situ teryata tidak sama dengan fakta.
Memanglah pada awalnya di keluarga itu tak ada terjadi konflik. Tetapi di lalu harinya ada saja permasalahan, hal hal yang remehpun dapat jadi sumber permasalahan, terlebih pada Ibu Fatimah serta istri Karta senantiasa saja berlangsung perselisihan. Ibu Fatimah kerap terima cacian, hinaan fitnahan dari istri Karta.
Walau demikian ibu Fatimah senantiasa sabar menerimanya, dia tak pernah membalas perlakuan sang menantu. Harapan yang di idam idamkan untuk menggunakan saat tuanya dengan anak, menantu serta cucu dalam sehari-harinya yang di beri warna bunga bunga kebahagiaan teryata pupus telah.
Tetapi untuk kasihnya untuk anak terkasih, dia ikhlas terima beragam perlakuan yg tidak sewajarnya dari sang menantu. Eh tua bangka janganlah enak enakan disini ya.... memangnya tidak ada yang di kerjain, kerjanya hanya bercakap saja! Bentak menantunya.
Walau sebenarnya sang ibu telah bekerja sepanjang hari penuh, tetapi ada saja yang salah pada dirinya. cacian, hinaan, fitnahan senantiasa saja di tuduhkan ke dianya. bahkan juga darah dagingnya sendiri yag ia lahirka, dirawat mulai sejak kecil turut membencinya.
Mas, saya tak suka dengan ibu, masa sepanjang hari kerjanya hanya sekedar duduk saja, saya kan lelah sudah harus menjaga anak kita si Dini, membereskan rumah, eh.... ada yang lain bukannya turut menolong kata Nita pada suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, kelak saya yang bicara pada ibu. lama lama hilang juga kesabaran saya padanya, ucap Karta. Hasutan untuk hasutan selalu di tuduhkan pada ibunya.
Tidak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang semula tak ambil pusing pada akhirnya menyapa ibunya. sampai satu malam berlangsung pertikaian yang hebat. Mas, saya sudah tidak sanggup tinggal di ruamah ini, seperti di neraka saja, Saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Bila Mas tak mengeluarin tua bangkat.
Itu dari tempat tinggal malam ini dapat, saya yang bakal keluar... tantan Nita. Lantaran termakan dengan fitnah istrinya, pada akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri. Bu saya telah tak mampu dengan sikap ibu, ada saja pertengakran yang nampak. Dari pada rumah tangga saya hancur lantaran kehadiran ibu dirumah ini, tambah baik ibu keluar dari tempat tinggal ini malam ini dapat, Ibu dapat tinggal di rumah Tini atau Tuti. Usir Karta.
Saya Tidak ingin tahu, bagaimanapun langkahnya ibu mesti meninggalkan rumah malam ini dapat, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu bakal keluar dari sini, walau demikian malam telah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Izinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, besok pagi ibu bakal meninggalkan rumah ini, pinta ibu Fatimah. Lagi lagi istri Karta menyela, Mas, saya atau dia yang keluar meninggalkan rumah ini.
Lantaran Karta takut kehilangan istrinya yang dicintainya, dia lebih ikhlas ibunya yang perlu keluar dari tempat tinggalnya. Walau sebenarnya dirumah itu ibunya juga mempunyai saham buat mengadakan rumah itu. Keluar! saya tidak ingin tahu! Bentak Karta dengan bengis. Bahkan juga dengan sombongnya Karta. juga mendorong ibunya keluar rumah. Nita, istri Karta sendiri dengan angkuhnya, seolah bakal tunjukkan dianya kalau dialah pemenangnya. Cuma berbekal beberapa potong baju, tanpa diberi duit satu rupiah juga, ibu Fatimah Meninggalkan tempat tinggal itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment