Sunday, March 27, 2016

Ini Kisah Gubernur DKI Non-Muslim dan Keturunan Tionghoa Pertama, Tidak Ada Heboh SARA!



DKI Jakarta bukan hanya kali ini saja dipimpin oleh Gubernur yang non-Muslim dan keturunan tionghoa seperti Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok menggantikan Joko 'Jokowi' Widodo yang terpilih sebagai Presiden RI.

Sebelumnya pada tahun 1964-1965, DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur asal Manado yang bernama Henk Ngantung. Henk menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari 27 Agustus 1964 hingga 15 Juli 1965.

Henk Ngantung memiliki nama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung. Ia diangkat menjadi Wakil Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta (1960-1964) dan kemudian menjadi Gubernur DKI (1964-1965).

Henk diangkat Presiden Soekarno untuk menggantikan Soemarno yang diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri.  Soekarno ingin Henk Ngantung menjadikan Jakarta sebagai kota yang berbudaya. Sebelum menjadi Gubernur DKI, Henk berprofesi sebagai seorang pelukis.

Selama menjabat sebagai Gubernur, karya Henk yang paling terkenal yaitu pembuatan sketsa monumental Tugu Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Henk Ngantung wafat pada 12 Desember 1990.

 “Henk Ngantung merupakan seorang seniman. Bung Karno ketika itu, ingin Jakarta dibangun dengan budaya dan seninya,” kata Evie Mamesa sang istri yang dinikahi Henk saat berusia 23 pada 1962.

Sejarah Henk Ngantung menunjukkan pemimpin Ibukota tidak harus berasal dari agama mayoritas. Tidak ada gonjang-ganjing mengenai keyakinan Henk selama dirinya menjabat baik sebagai gubernur maupun wakil gubernur. “Pak Henk seorang Kristen, diangkat sebagai gubernur, tapi tidak ada heboh-heboh SARA seperti sekarang ini. Semua tidak ada yang marah karena Pak Henk bukan Islam. Malah salah seorang ustadz, saya lupa namanya, bilang pernah mau ajak Pak Henk masuk Islam karena sifatnya yang baik dan mampu merangkul semua pihak,” kata wanita kelahiran 12 agustus 1939 itu.

No comments:

Post a Comment